Senin, 18 April 2022

WARNA

 

WARNA

Guna memahami tehnik televisi-warna, kita perlu mengetahui sedikit tentang warna.

1.1 CAHAYA PUTIH

Cahaya yang tampak oleh mata (cahaya putih) adalah sebenarnya gelombang elektromagnetik dengan frekwensi setinggi  kira-kira 3x108 MHz  atau dengan panjang-gelombang 104 uM (mikro Meter). Cahaya ini adalah sebenarnya menempati jalur yang sangat sempit  di dalam spektrum-frekwensi gelombang2 elektromagnet.
Ternyata, bahwa cahaya putih dapat diuraikan ke dalam warna2 yang terdapat di dalam pelangi,
yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu. penguraian ini dapat dirakukan secara berikut:


Cahaya (dari Matahari) dimasukkan rewat celah yang sempit ke ruang gelap. Di berakang
celah ini ditaruh prisma. Di belakang prisma direntangkan rayar putih. Maka Cahaya yang masuk lewat celah itu diuraikan ke dalam warna-warni tersebut oleh prisma. dan ditampakkan di layar.


Setiap warna dari spektrum w
arna adalah suatu gelombang elektro-magnet dengan panjang gelombang tertentu.

Merah mempunyai panjang-geiombang 700x10-6 mm, (= 700 nano meter nm).

Ungu mempunyai panjang gerombang 400x10-6 mm (= 4oo nano meter). Lihat Gambar I.1.

Gambar I.1. Cahaya putih dapat diuraikan dalam
warna2 yang berada dalam suatu spektru
m Warna yang kontinu, mulai dari merah hingga ungu.

1.2. MEMPEROLEH PUTIH DARI MERAH, HIJAU DAN BIRU
Dengan
menyampur-nyampurkan merah (M), hiiau (H) dan biru (B) akan dapat kita peroleh berbagai warna-warni. (Penyampuran itu harus dengan cara penambahan (additive). yaitu: se-akan2 warna2 itu di-tumpang2 kan pada selaput mata kita,
Karena itu merah, hiiau dan biru dinamai
dengan warna-warna primer.

 

  Gb.1.2  Warna2 apakah yang diperoleh apabila merah (M), hijau (H) dan biru (B) saling ditambahkan.

Lihat Gb.1.2 Warna2 itu adalah hasil percobaan yang dilakukan dalam ruang gelap. Pada layar putih kita jatuhkan cahaya2 merah, hijau dan biru. Dalam bidang dimana merah, hijau dan biru saling bertindih maka terjangkitlah putih. Kejadian ini dapat kita tuliskan dalam rumus:

M + H + B = putih  ...................................... (1)

Merah + Hijau + Biru = putih

Dan kita lihat dalam Gb.1-2 itu, bahwa:


M
+ H = kuning
merah
+ hijau = kuning (yellow)


M
+ B = lembayung (magenta)

merah + biru  = lembayung (magenta)

 

B + H = cyan

biru + hijau = cyan


1.3  WARNA WARNA KOMPLEMEN
Di bawah ini adalah contoh2 bagaimana kita akan dapat memperoleh sesuatu warna
dengan jalan menambah-nambahkan merah (M), hijau (H) dan biru (B):


Peesamaan (1) kita tulis sebagai:
B + (M +
H) = putih                                      (l)

Menurut persamaan (2):

(M + H) = kuning                                          (2)

Jadi: B + (M+H) = B+kuning = Putih


KESIMPULAN 1:

Untuk memperoleh putih dari biru, kita perlu menambahkan kuning kepada biru, atau:
Kuning merupakan suatu tambahan bagi biru guna memperoleh putih.
Karena itu kuning kita sebu
t warna komplemen-nya biru. (komplemen = tambahan).

C0NT0H lain: H + lembayung = putih      (sebab: lembayung = (M + B)
Jadi: lembayung adalah warna komplemennya hijau.


M + Cyan =
putih
Jadi: Cyan adalah warna komplemen-nya merah.


KESIMPULAN
2:

(Lihat Gambar 1-2). Kalau salah satu warna primer (yaitu merah, hijau
atau biru) tak-ada, maka yang tampak adalah warna-komplemen.


Warna
Cyan menandakan tak-adanya merah.
Lembayung menandakan tak-adanya hiiau.
Kuning menandakan tak-adanya biru.

1.4 WARNA JENUH
Jikalau merah dan hijau dengan intensitas2 yang sama kita campur, maka teriadilah kuning (lihat Gb.l.2).
Jika intensitas merah secara berangsur kita kurangi, maka kuning berubah dengan berbagai warna menuju ke hijau.
Kalau sebaliknya: intensitas hijau yang secara berangsur kita kurangi, maka timbullah kuning
yang berangsur menuiu merah.
Apabila intensitas merah ada 3X intensitas hiiau, maka kita peroleh jingga. Dalam bentuk rumus, keiadian ini dapat kita tuliskan sebagai:

3M + H =Jingga

Dengan cara seperti di atas kita akan dapat iuga menyampurkan hiiau dengan biru, merah dengan biru, untuk memperoleh setiap warna yang di-inginkan warna yang diperoleh dengan menyampurkan 2 warna primer tidak mengandung putih. Warna yang tidak mengandung putih disibut dengan warna jenuh.
Di alam tak terdapat  dengan yang disebut warna jenuh.

1.5  WARNA TAK JENUH
Misalka, bahwa ada sumber-cahaya merah, kita pun melihat merah Kepada merah itu
kita tambahkan putih yang intensitasnya kian kita besarkan. Maka kita melihat, bahwa merahnya berangsur berubah, dari merah menuju ke merah-muda.
Dengan ditambah
tambahkan warna putih, maka merah tersebut berangsur jadi kurang jenuh.
Dari hal-ikhwal warna jenuh dan warna tak-jenuh tersebut, maka kita dapat menarik kesimpulan berikut:


Bila dengan menggunakan warna2 primer merah, hijau dan biru hendak memperoleh sesuatu warna tertentu, maka adalah 2 cara:
(a) Dengan menyampurkan 2 warna primer akan dapat diterbitkan suatu warna, atau:
(b) Kepada merah, hiiau dan biru
dalam jumlah 2 yang sama ditambahkanlah putih sedemikian banyak, sampai diperoleh derajat jenuh yang diinginkan.


CONTOH: Misalkan, bahwa di stasion-pemancar ada warna jingga tak-jenuh.
Jingga tak-ienuh ini boleh kita anggap terdiri dari: jingga ienuh dengan sejumlah Putih. Dalam rumus:
Jingga tak jenuh = Jingga jenuh + Putih
                                                      (a)
Jingga jenuh dapat diperoleh dengan menambahkan merah kepada hijau dalam perbandingan 3:1,  
jadi:
(3M + H) = Jingga jenuh
                                                                               (b)
Adapun putih dapat diperoleh dengan menyampurkan merah, hijau dan biru dengan intensitas-intensitas yang sama. Dalam rumus :

p(M + H + B) = Putih                                                                                      (c)

p = takaran untuk derajat-jenuh. Kian besar p, kian putihlah cahayanya.


Jadi (dari penamaan2 di atas) jingga tak-jenuh dapat dinyatakan sebaga
i:
Jingga
tak-jenuh  = (3M+H) + p(M+H+B)
                            = (3+p)M + (1+p)H + p.B                                                    (d)

Kian besar p, maka kian banyak Putih-lah yang dikandung Jingga, jadi kian tak-jenuh
Jingga-nya.
Jikalau dimisalkan, bahwa derajat-jenuh ada sedemikian besar, hingga p = l, maka kita
perolehlah:
                 Jingga tak-Jenuh = 4M+2H+ B                                                      (e)

Bagaimanakah sekarang penerima-TV kita harus mereproduksi jingga (dari persamaan e) tersebut? Dalam pekerjaan pen-dekoda-an itu, penerima-TV akan dapat bekerja sebagai berikut:


(a) Sinyal yang dipancarkan dari pemancar mengandung M, H dan juga B. lni berarti, bahwa
warna ybs adalah tak-jenuh. (Sebab: warna jenuh dibentuk oleh hanya 2 warna primer).
(b) Kalau dari sinyal tersebut (a) kita ambil putih-nya cukup banyak. hingga tertinggal 2
warna primer saja, maka kita pun tahu nada-warna apakah yang ada pada kita.
Maka pen-dekoda-an: 4M + 2H + B yang terpancarkan dari pemancar itu akan dapat
berlangsung secara berikut:

                 4M  + 2H+ B
dikurang
    M  + H  + B     (putih)

------------------------------
tertinggal
 3M + H             (jingga ienuh)


Dengan cara seperti di atas kita sudah menemukan, bahwa 4M + 2H + B yaitu Jingga
tak-jenuh dapat diuraikan dalam Jingga Jenuh + Putih.

 

CATATAN: Mata kita tak-sama peka-nya terhadap berbagai warna; ia lebih peka terhadap kuning ketimbang terhadap biru ataupun merah.


Lihat Gb.1-3: - lni adalah gambar lengkung kepekaan m
ata,
Untuk cahaya dengan panjang-gelombang kira2 600 nm (= kuning dan hijau) mata kita
adalah paling peka. Untuk cahaya dengan panjang-gelombang yang kian pendek. maupun untuk
cahaya dengan panjang-gelombang yang kian panjang, kepekaan mata kian berkurang.

Kepekaan untuk kuning ada kira2 5... 6X kepekaan untuk biru. Kepekaan untuk merah ada kira2 2... 3X kepekaan untuk biru. Untuk biru, mata adalah paling kurang peka.

 


Gb.1-3 Tanggapan mata kita terhadap berbagai warna, Mata adalah paling peka terhadap kuning.


Kalau kepekaan Inata terhadap kuning kita anggap =1,0),
maka kepekaan terhadap hijau ada kira2 0,9 (mendekati paling peka) dan kepekaan terhadap rnerah kira2 0,3 (=
= 1/3X dari kepekaan terhadap kuning).


Dalam tehnik TV-hitam-putih, maka nuansa2 (perubahan2) warna tersebut diubah menjadi nuansa2 (perubahan2) hitam-putih. Karena kuning menjangkitkan nuansa yang paling terang, maka di layar-TV hitam-putih, warna kuning; tampak sebagai bayangan yang paling cerah
(paling putih). Merah menjangkitkan nuansa yang kurang cerah, karena itu merah tampak sebagai putih ke-abu2-an. Biru membangkitkan nuansa cahaya yang paling lemah, karena itu di layar hitam-putih, warna biru tampak sebagai bayangan abu2 gelap. Jadi intensitas bayangan dilayar TV.hitam.putih itu bervariasi sebanding dengan kesan kecerahan mata kita yang ditimbulkan oleh berbagai warna, lihat Gambar.1.4.

Gb.1.4: (A) Balok warna yang tampak di layar TV-warna. (B) Apa yang ditampilkan baIok-warna tersebut di layar TV monokrom.

PemancarTV-warna memancarkan:

(1) Sinyal kecerahan tersebut di atas yang kita namai pula sinyal Luminansi (luminance signal).
(2) Sinyal informasi warna.


Jadi pemancar TV-warna se-akan2 dapat kita anggap sebagai kombinasi pemancar-warna dan
pemancar hitam putih.
Penerima TV-hitam-putih akan mereproduksi sinyal terebut (1) saja.




TV WARNA 2