WARNA
Guna memahami tehnik
televisi-warna, kita perlu mengetahui sedikit tentang warna.
1.1 CAHAYA PUTIH
Cahaya yang tampak oleh mata (cahaya putih) adalah sebenarnya gelombang elektromagnetik
dengan frekwensi setinggi kira-kira 3x108 MHz atau dengan panjang-gelombang 104 uM
(mikro Meter). Cahaya ini adalah sebenarnya menempati jalur yang sangat sempit
di dalam spektrum-frekwensi gelombang2
elektromagnet.
Ternyata, bahwa cahaya putih dapat
diuraikan ke dalam warna2 yang terdapat di dalam pelangi, yaitu: merah, jingga,
kuning, hijau, biru dan ungu. penguraian ini dapat dirakukan secara berikut:
Cahaya (dari Matahari) dimasukkan rewat celah
yang sempit ke ruang gelap. Di berakang celah ini ditaruh
prisma. Di belakang prisma direntangkan rayar putih. Maka Cahaya yang masuk lewat celah itu diuraikan
ke dalam warna-warni tersebut oleh prisma. dan ditampakkan di layar.
Setiap warna dari spektrum warna adalah suatu
gelombang elektro-magnet dengan panjang gelombang tertentu.
Merah mempunyai panjang-geiombang 700x10-6 mm,
(= 700 nano meter
nm).
Ungu
mempunyai panjang gerombang
400x10-6 mm (= 4oo nano meter). Lihat Gambar I.1.
Gambar I.1. Cahaya
putih dapat diuraikan dalam
warna2 yang berada
dalam suatu spektrum Warna
yang kontinu, mulai dari merah hingga ungu.
1.2. MEMPEROLEH PUTIH DARI MERAH, HIJAU DAN BIRU
Dengan menyampur-nyampurkan
merah (M), hiiau (H) dan biru (B) akan dapat kita peroleh berbagai
warna-warni. (Penyampuran itu harus dengan cara penambahan (additive). yaitu: se-akan2 warna2 itu di-tumpang2 kan
pada selaput mata kita,
Karena itu merah, hiiau
dan biru dinamai dengan warna-warna
primer.
Gb.1.2 Warna2 apakah yang diperoleh apabila merah (M), hijau (H) dan biru (B) saling ditambahkan.
Lihat Gb.1.2 Warna2 itu adalah
hasil percobaan yang dilakukan dalam ruang gelap. Pada layar putih kita jatuhkan cahaya2 merah, hijau dan biru. Dalam
bidang dimana merah, hijau dan biru
saling bertindih maka terjangkitlah
putih. Kejadian ini dapat kita tuliskan dalam rumus:
M + H + B = putih ...................................... (1)
Merah + Hijau + Biru = putih
Dan kita
lihat dalam Gb.1-2 itu, bahwa:
M + H = kuning
merah + hijau = kuning (yellow)
M + B = lembayung (magenta)
merah + biru = lembayung (magenta)
B + H = cyan
biru + hijau = cyan
1.3 WARNA WARNA
KOMPLEMEN
Di bawah ini adalah
contoh2 bagaimana kita akan dapat memperoleh sesuatu warna
dengan jalan
menambah-nambahkan merah (M), hijau (H) dan biru (B):
Peesamaan (1) kita tulis
sebagai:
B + (M + H) = putih (l)
Menurut persamaan (2):
(M + H) = kuning (2)
Jadi: B + (M+H) = B+kuning = Putih
KESIMPULAN 1:
Untuk memperoleh putih dari biru, kita perlu menambahkan kuning
kepada biru, atau:
Kuning merupakan suatu
tambahan bagi biru guna memperoleh putih.
Karena itu kuning kita
sebut warna
komplemen-nya biru. (komplemen = tambahan).
C0NT0H lain: H + lembayung = putih
(sebab:
lembayung = (M + B)
Jadi: lembayung adalah
warna komplemennya hijau.
M + Cyan = putih
Jadi: Cyan adalah warna
komplemen-nya merah.
KESIMPULAN 2:
(Lihat Gambar 1-2). Kalau salah satu warna primer (yaitu merah, hijau
atau biru) tak-ada,
maka yang tampak adalah warna-komplemen.
Warna Cyan menandakan tak-adanya merah.
Lembayung menandakan tak-adanya
hiiau.
Kuning menandakan
tak-adanya biru.
1.4 WARNA JENUH
Jikalau merah dan hijau
dengan intensitas2 yang sama kita campur, maka teriadilah kuning (lihat Gb.l.2).
Jika intensitas merah secara
berangsur kita kurangi, maka kuning berubah dengan berbagai warna menuju ke hijau.
Kalau sebaliknya:
intensitas hijau yang secara berangsur kita kurangi, maka timbullah kuning yang berangsur menuiu merah.
Apabila intensitas
merah ada 3X intensitas hiiau, maka kita peroleh jingga. Dalam bentuk rumus,
keiadian ini dapat kita tuliskan sebagai:
3M + H =Jingga
1.5 WARNA TAK JENUH
Misalka, bahwa ada
sumber-cahaya merah, kita pun melihat merah Kepada merah itu
kita tambahkan putih yang
intensitasnya kian kita besarkan. Maka kita melihat, bahwa merahnya berangsur
berubah, dari merah menuju ke merah-muda.
Dengan ditambah tambahkan warna putih,
maka merah tersebut berangsur jadi kurang jenuh.
Dari hal-ikhwal warna
jenuh dan warna tak-jenuh tersebut, maka kita dapat menarik kesimpulan berikut:
Bila dengan menggunakan
warna2 primer merah, hijau dan biru hendak memperoleh sesuatu warna tertentu, maka
adalah 2 cara:
(a) Dengan menyampurkan
2 warna primer akan dapat diterbitkan suatu warna, atau:
(b) Kepada merah, hiiau
dan biru dalam jumlah
2 yang sama ditambahkanlah putih
sedemikian banyak, sampai
diperoleh derajat jenuh yang diinginkan.
CONTOH: Misalkan, bahwa di stasion-pemancar ada warna jingga tak-jenuh.
Jingga tak-ienuh ini boleh
kita anggap terdiri dari: jingga ienuh dengan sejumlah Putih. Dalam rumus:
Jingga tak jenuh = Jingga jenuh + Putih (a)
Jingga jenuh dapat
diperoleh dengan menambahkan merah kepada hijau dalam perbandingan 3:1, jadi:
(3M + H) = Jingga jenuh
(b)
Adapun putih dapat
diperoleh dengan menyampurkan merah, hijau dan biru dengan intensitas-intensitas
yang sama. Dalam rumus :
p(M + H + B) = Putih (c)
p = takaran untuk derajat-jenuh. Kian besar p, kian putihlah cahayanya.
Jadi (dari penamaan2 di
atas) jingga tak-jenuh dapat dinyatakan sebagai:
Jingga tak-jenuh = (3M+H) + p(M+H+B)
= (3+p)M
+ (1+p)H + p.B (d)
Kian besar p, maka kian
banyak Putih-lah yang dikandung Jingga, jadi kian tak-jenuh
Jingga-nya.
Jikalau dimisalkan,
bahwa derajat-jenuh ada sedemikian besar, hingga p = l, maka kita
perolehlah:
Jingga tak-Jenuh
= 4M+2H+ B (e)
Bagaimanakah sekarang penerima-TV kita harus mereproduksi jingga (dari persamaan e) tersebut? Dalam pekerjaan pen-dekoda-an itu, penerima-TV akan dapat bekerja sebagai berikut:
(a) Sinyal yang
dipancarkan dari pemancar mengandung M, H dan juga B. lni berarti, bahwa warna ybs adalah tak-jenuh. (Sebab: warna jenuh dibentuk
oleh hanya 2 warna primer).
(b) Kalau dari sinyal
tersebut (a) kita ambil putih-nya cukup banyak. hingga tertinggal 2
warna primer saja, maka
kita pun tahu nada-warna apakah yang ada pada kita.
Maka pen-dekoda-an: 4M +
2H + B yang terpancarkan dari pemancar itu akan dapat
berlangsung secara berikut:
4M + 2H+ B
dikurang M + H + B (putih)
------------------------------
tertinggal 3M + H
(jingga ienuh)
Dengan cara seperti di atas
kita sudah menemukan, bahwa 4M + 2H + B yaitu Jingga tak-jenuh dapat diuraikan dalam Jingga Jenuh + Putih.
CATATAN: Mata kita tak-sama peka-nya terhadap berbagai warna; ia lebih peka terhadap kuning ketimbang terhadap biru ataupun merah.
Lihat Gb.1-3: - lni adalah
gambar lengkung kepekaan mata,
Untuk cahaya dengan
panjang-gelombang kira2 600 nm (= kuning dan hijau) mata kita
adalah paling peka. Untuk
cahaya dengan panjang-gelombang yang kian pendek. maupun untuk cahaya dengan panjang-gelombang yang kian panjang, kepekaan
mata kian berkurang.
Kepekaan untuk kuning ada kira2 5... 6X kepekaan untuk biru. Kepekaan
untuk merah ada kira2 2... 3X kepekaan
untuk biru. Untuk biru, mata adalah paling kurang peka.
Gb.1-3 Tanggapan mata kita terhadap
berbagai warna, Mata adalah paling peka terhadap kuning.
Kalau kepekaan Inata
terhadap kuning kita anggap =1,0), maka
kepekaan terhadap hijau ada kira2 0,9 (mendekati paling peka) dan kepekaan
terhadap rnerah kira2 0,3 (=
= 1/3X dari kepekaan
terhadap kuning).
Dalam tehnik TV-hitam-putih,
maka nuansa2 (perubahan2) warna tersebut diubah menjadi nuansa2 (perubahan2) hitam-putih.
Karena kuning menjangkitkan nuansa yang paling terang, maka di layar-TV
hitam-putih, warna kuning; tampak sebagai bayangan yang paling cerah (paling putih). Merah menjangkitkan nuansa yang kurang
cerah, karena itu merah tampak sebagai putih ke-abu2-an. Biru membangkitkan nuansa
cahaya yang paling lemah, karena itu di layar hitam-putih, warna biru tampak sebagai
bayangan abu2 gelap. Jadi intensitas bayangan dilayar TV.hitam.putih
itu bervariasi sebanding dengan kesan kecerahan mata kita yang ditimbulkan oleh berbagai warna, lihat Gambar.1.4.
PemancarTV-warna memancarkan:
(1) Sinyal kecerahan tersebut di
atas yang kita namai pula sinyal Luminansi (luminance signal).
(2) Sinyal informasi
warna.
Jadi pemancar TV-warna se-akan2
dapat kita anggap sebagai kombinasi pemancar-warna dan pemancar
hitam putih.
Penerima TV-hitam-putih
akan mereproduksi sinyal terebut (1) saja.