Pada dasarnya sebuah gambar diam adalah
suatu susunan dari banyak daerah gelap dan terang yang kecil. Dalam cetakan
foto, butir butir perak halus memberikan perbedaan dalam cahaya dan naungan
yang diperlukan untuk memproduksi citra (bayangan). Bila sebuah gambar dicetak
dari sebuah gambar ukiran, terdapat banyak titik-titik tercetak hitam kecil
yang membentuk citra. Dengan melihat pada pandangan yang diperbesar pada gambar
2.1b, kita dapat melihat bahwa gambar tercetak
tersebut tersusun dari daerah-daerah elementer kecil hitam dan putih. Struktur
dasar gambar ini jelas dalam potret-potret di Koran. Jika diperiksa secara
cermat, bintik-bintik akan terlihat, sebab elemen-elemen gambar adalah relative
besar. Setiap daerah kecil dari cahaya atau naungan merupakan sebuah rincian
gambar atau elemen gambar. Untuk singkatnya, ini disebut pixel atau pel. Semua
elemen secara bersamasama mengandung inormasi visual pada layar. Jika
elemen-elemen ini ditransmisikan dan direprouksi dalam tingkat cahaya atau
bayangan yang sama seperti yang asli dan pada posisi yang sesuai, maka gambar
direproduksi. Sebagai suatu contoh, misalkan bahwa kita ingin mentransmisikan
sebuah citra dari sebuah silang hitam pada suatu dasar putih, di sebelah kiri
pada gambar 2.2 ke bagian kanan gambar. Gambar dibagi dalam
daerah-daerah elementer berwarna hitam dan putih seperti diperlihatkan. Elemen
gambar dalam dasar hitam adalah putih dan pixel-pixel yang membentuk silang
adalah hitam. Bila tiap elemen gambar ditransmisikan ke sisi kanan gambar dan
direproduksi dalam porsi semula dengan bayangan hitam atau putih, citra
diduplikasi.
LIHAT GAMBAR 2.2.
Gambar 2.2 Proses Pembuatan
ulang (Reproduksi) sebuah gambar dengan meniru (duplikasi) elemen-elemen
gambar.
2-2
PEMAYARAN HORIZONTAL DAN VERTICAL
Gambar televisi dipayar dalam deretan
garis-garis horizontal yang berurutan, satu dibawah yang lain, seperti pada
gambar 2.3. Pemayaran ini memungkinkan suatu sinyal
video untuk mencakup semua elemen untuk keseluruhan gambar pada suatu saat,
sinyal video hanya dapat memperlihatkan satu variasi. Guna memiliki satu sinyal
video untuk semua variasi cahaya dan naungan, semua rincian gambar dipayar
dalam tingkatan waktu yang berurutan. Pemayaran membuat reproduksi gambar
televisi berbeda dengan yang pada cetakan foto (potret). Dalam sebuah potret,
keseluruhan gambar direproduksi pada suatu waktu. Dalam televisi, gambar
dikumpulkan kembali garis demi garis dan krangka demi krangka. Factor waktu ini
menjelaskan mengapa sebuah gambar televisi dapat muncul dengan struktur garis
yang terpotong-potong dalam segmen-segmen diagonal dan kerangka-kerangka
bergulung ke atas atau ke bawah layar.
LIHAT GAMBAR 2.3.
Gambar 2.3. Cara
pemayaran linier dilakukan
Gambar televisi dipayar dalam cara yang
sama seperti anda akan membaca sebuah halaman buku untuk meliput semua kata
dalam satu garis dan semua garis dalam halaman. Dimulai dari bagian atas kiri
pada gambar 2.3, semua elemen gambar dipayar dalam barisan
yang berurutan dari kiri ke kanan dan dari atas kebawah, satu garis pada satu
saat. Metode ini disebut pemayaran linear horizontal ( horizontal liniear
scanning ). Ini digunakan dalam tabung kamera pada pemancar untuk membagi
gambar menjadi elemen-eleme gambar dan dalam tabung gambar pada pesawat
penerima untuk mengumpulkan kembali gambar yang direproduksi. Urutan untuk
pemayaran semua elemen gambar adalah sebagai berikut :
1. Berkas electron menyapu melintas satu
garis horizontal, meliputi semua elemen gambar pada garis tersebut.
2. Pada ujung tiap-tiap garis, berkas
kembali dengan cepat ke bagian kiri untuk memulai pemayaran garis horizontal
berikutnya.
Waktu untuk kembali ini disebut
pengulangan jejak (retrace) atau flayback. Tidak ada informasi gambar dipayar
selama pengulangan jejak sebab pada periode ini, keduanya tabung kamera dan
tabung gambar dikosongkan. Jadi pengulangan jejak haruslah cepat sekali karena
mereka memboroskan waktu berkenaan dengan informasi gambar.2.3.
Bila berkas telah kembali ke sebelah kiri, posisi vertikalnya menurun sehingga
berkas tersebut akan memayar garis berikutnya ke bawah dan tidak mengulangi garis
yang sama. Ini dilakukan oleh gerak pemayaran vertical dari berkas, yang
diberikan sebagai tambahan bagi pemayaran horizontal. Sebagai akibat
pemayarayan vertical, semua garis horizontal miring sedikit arah ke bawah dari
atas ke bawah. Bila berkas berada dibawah, pengulangan jejak vertical
mengembalikan berkas ke atas untuk memulai kembali urutan pemayaran.
GARIS-GARIS SETIAP KERANGKA.
Jumlah garis-garis pemayaran untuk satu
gambar lengkap sebaiknya adalah besar agar mencakup jumlah elemen-elemen gambar
paling banyak, dan berarti lebih terinci. Akan tetapi, factor-faktor lain
membatasi pemilihan, dan ini telah distandarkan pada suatu jumlah sebesar 525
garis pemayaran untuk satu gambar atau kerangka. Ini merupakan jumlah optimum
dari garis-garis pemayaran setiap kerangka untuk lebar bidang standar 6 MHz
dari saluran penyiaran televisi.
KERANGKA SETIAP DETIK.
Perhatikan bahwa berkas bergerak dengan
lambat kearah bawah sewaktu dia memayar secara horizontal. Gerak pemayaran
vertical ini diperlukan agar garis-garis tidak akan dipayar satu diatas yang
lainya. Pemayaran horizontal menghasilkan garisgaris dari
kiri kekanan sedangkan pemayaran vertical menyebabkan garis-garis untuk mengisi
kerangka dari atas ke bawah. Waktu untuk satu kerangka lengkap dengan 525 garis
pemayaran adalah 1/30 detik. Maka laju pengulangan gambar sama dengan 30
kerangka setiap detik.
2.3. SINYAL INFORMASI VIDEO.
Dalam suatu sinyal video, amplitude
tegangan dan arus berubah terhadap waktu, persis suatu sinyal audio tetapi
sinyal video berhubungan dengan informasi visual. Sebuah contoh sinyal video
diperlihatkan pada Gambar 2.4. Tinjaulah sinyal ini
sebagai hasil dari pemayaran dan diperlihatkan pada Gambar 2.3
untuk gambar pada Gambar 2.2. Sinyal video ini
memperlihatkan informasi hitam putih untuk satu garis pemayaran horisontal pada
pertengahan silang. Pada bagian kiri, informasi adalah putih. Selanjutnya
informasi adalah hitam untuk waktu yang lebih lama pada titik tengah. Akhirnya,
informasi menjadi putih pada ujung sebuah garis disebelah kanan suatu siyal
video dihasilkan menurut cara ini, untuk garis-garis horizontal yang dipayar
melintang gambar. Jumlah sebesar 525 garis membentuk suatu kerangka. Semua
ke-525 garis-garis tersebut dipayarkan dalam detik, Berarti, kerangka berulang
pada laju kecepatan sebesar 30 Hz. Perhatikan bahwa 30 Hz adalah setengah dari
frekuensi jala-jala sebesar 60 Hz. Amplitude sinyal-sinyal video dapat memiliki
putih naik untuk polaritas positif dan hitam turun untuk polaritas negative
atau dengan polaritas berlawanan tergantung pada pemakaian. Dengan caramanapun,
efek utama adalah bahwa putih dan hitam dinyatakan oleh polaritas polaritas
tegangan yang berlawanan dengan suatu sinyal bolak-balik video. Sinyal video
direproduksi oleh sebuah tabung kamera. Alat pengambil (pick-up) ini mengubah
informasi gambar dalam bentuk perubahan-perubahan cahaya menjadi perubahan
listrik dalam video tabung kamera mencakup sebuah pelat bayangan fotolistrik
untuk mengubah cahaya. Juga, berkas elektron diubah
bergerak melintang pelat bayangan guna memayar semua elemen gambar. Secara
actual bentuk gelombang pada Gambar 2.4 adalah
untuk sebuah sinyal kamera.
LIHAT GAMBAR 2.4
Gambar 2.4. Sinyal informasi
video untuk satu garis pemayaran horizontal.
Sinyal video adalah cara dengan mana
informasi gambar dapat dibawa dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Kebutuhan
pokok adalah untuk mendapatkan informasi gambar dari keluaran kamera ke masukan
tabung gambar. Metode yang lazim mencakup:
1. Televisi rangkaian tertutup (CCTV).
2. Perekaman video pada pita maknit dan
piringan perekam.
3. Penyiaran televisi.
4. Televisi kabel.
5. Televisi satelit Metode pertama
mengunakan sinyal video frekuensi dasar (baseband) secara langsung, tanpa
modulasi sebuah gelombang pembawa frekuensi gelombang radio (RF).
Yang lain-lainnya memerlukan sinyal RF
termodulasi.
2.4.
GAMBAR GERAK
Dengan semua elemen gambar dalam
kerangka ditelevisikan dengan mengunakan proses pemayaran, juga adalah perlu
untuk menyajikan gambar tersebut ke mata sedemikian rupa sehingga setiap
gerakan dalam adegan dapat terlihat dilayar sebagai suatu perubahan yang lembut
dan kontinu. Dalam hal ini, sitem televisi sangat mirip dengan gambar bergerak
Gambar 2.5. memperlihatkan sebilan
(setrip) film gambar gerak. Perhatikan ini terdiri dari sederetan gambar-gambar
diam dengan masing-masing. Kerangka gambar yang sedikit berbeda dari yang
sebalumnya. Masing masing kerangka di proyeksikan tersendiri sendiri sebagai
sesuatu gambar yang diam. Akan tetapi, kerangka diperhatikan satu sesudah yang
lainnya dalam urutan yang cepat guna menghasilkan ilustrasi gerak yang kontinu.
Dalam kejadian gambar hidup komersial, 24 kerangka diperlihatkan ke layar untuk
setiap detik selama mana film diproyeksikan. Sebuah pengatur cahaya (shutter)
dalam proyektor berputar didepan sumber cahaya. Shutter ini memperbolehkan
cahaya diproyeksi ke layar bila kerangka film adalah diamtetapi mengosongkan
setiap cahaya selagi kerangka film berikutnya bergerak ke posisinya. Sebagai
akibatnya, pada layar terlihat suatu rangkaian kerangka-kerangka film yang
diam. Satu-satunya waktu anda melihat film adalah ketika anda tidak bergerak.
KETAHANAN PENGLIHATAN (PERSITANCE OF
VISION).
Kesan yang dibuat oleh sebarang cahaya
yang terlihat oleh mata, bertahan untuk beberapa detik setelah sumber cahaya
dipindahkan dengan demikian, jika secara interval mempertahankan pandangan ini
banyak pandangan yang disajikan ke mata, maka mata akan mengumpulkannya dan
pengamatan memiliki kesan melihat semua gambar pada waktu yang sama. Ini adalah
efek persistensi yang memungkinkan pentelevisian dari satu elemen dasar gambar
pada suatu saat. Bila elemen-elemen tersebut di payar cukup cepat, mereka
sebuah gambar yang lengkap. Disamping itu, untuk menciptakan ilusi gerakan.
Gambar-gambar yang cukup lengkap diperlihatkan dalam tiap detik. Efek ini dapat
dihasilkan dengan memilikisuatu laju pengulangan gambar yang lebih besar
daripada 16 setiap detik. Laju pengulangan sebesar 24 gambar setiap detik yang
digunakan dalam gambar hidup adalah cukup untuk menghasilkan ilusi gerak pada layar.
Gambar 2.5. kerangka-kerangka Gambar diam di dalam strip
film gambar hidup.
LIHAT GAMBAR 2.5
Gambar 2.5. Kerangka-kerangka
gambar diam didalam Strip Gambar hidup
KEPID (FLICKER) DALAM GAMBAR-GAMBAR
HIDUP.
Akan tetapi laju kecepatan sebesar 24
kerangka dalam setiap detik tidaklah cukup cepat untuk memungkinkan terangnya
sebuah gambar bercampur secara lembut, dengan yang berikutnya bila diantara
kerangka-kerangka layar adalah hitam. Hasilnya adalah suatu kedipan cahaya yang
terbatas jika layar dibuat berganti terang dan gelap. Kedipan ini terlihat
lebih jelek pada level yang lebih tinggi. Dalam film-film gambar hidup, masalah
kedipan diatasi dengan menjalankan film dengan proyektor pada laju kecepatan
sebasar 24 kerangka dalam setiap detik tetapi memperlihatkan setiap kerangka
dalam dua kali agar setiap detik dinyatakan 48 gambar. Sebuah alat pengatur
cahaya (shutter) digunakan untuk mengosongkan cahaya dari layar bukan hanya
ketika masing-masing kerangka berubah tetapi juga berselag-seling. Maka setiap
kerangka diproyeksikan dua kali pada layar. Selama tiap detik terdapat 48
pandangan adegan, dan layar dikosongkan 48 kali setiap detik walaupun masih
terdapat 24 kerangka yang sama dalam setiap detik. Sebagai akibat kenaikan laju
pengosongan, kedipan menghilang.
Begitu
banyak penggunaan dari sinyal-sinyal ini sehingga sangat
bermanfaat untuk meninjau tujuan tertentu dari masing-masing sinyal ini.
Video berasal dari kata Latin yang berarti “Saya Lihat”. Demikian pula, audio
berarti : “Saya dengar”. Kedua istilah tersebut sesuai dengan : video untuk
cahaya dan audio untuk suara.
Perbedaannya
dilukiskan pada Gambar 1.1. Untuk system audio yang
lebih lazim pada Gambar 1.1 a, mikrofon mengubah gelombang-gelombang suara
menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal audio. Pengeras suara
(loud-speaker) menerima sinyal audio ini pada terminal masukan, baik dengan
hubungan langsung maupun sebagai bagian dari suatu system penyiaran tanpa
kabel. Selanjutnya pengeras suara menghasilkan kembali suara asli (yang
mula-mula) sebagaimana kita akan mendengarnya pada mikrofon tersebut. Pada
gambar 1.1
b , tabung kamera mengubah masukan cahayanya (light input) menjadi perubahan
listrik yang sesuai untuk sinyal yang dapat dilihat (video). Tabung kamera ini,
pada system video, sama fungsinya dengan mikrofon pada system audio. Pada
bagian akhir system video, tabung gambar mengubah tegangan sinyal video dari
masukan (input) menjadi cahaya pada keluaran (output). Informasi yang dapat
dilihat itu dihasilkan kembali pada layar tabung gambar sebagaimana akan kita
lihat gambarnya pada tabung kamera.
LIHAT GAMBAR
Gambar
1.1 Bagaimana sinyal-sinyal audio dan video digunakan dalam elektronika
(a) sinyal audio untuk suara, (b) sinyal video untuk gambar.
PERBEDAAN
VIDEO DAN AUDIO
Citra
cahaya (light image) diubah menjadi suatu sinyal listrik hanya untuk suatu
daerah kecil pada suatu saat. Selanjutnya sinyal video yang dihasilkan oleh
tabung kamera mengandung perubahan yang berurutan dalam waktu untuk daerah yang
berlainan. Karena alasan ini, suatu prosedur pemayaran (scanning) adalah perlu
guna untuk meliput keseluruhan gambar, yakni titik demi titik dari kiri ke
kanan dan garis demi garis dari atas ke bawah. Pemayarannya sangat cepat yakni
satu garis horizontal hanya membutuhkan sekitar 62,5 mikrodetik (µdet) / tergantung standar yang digunakan. Karena pemayaran
yang cepat ini, sinyal video mempunyai bidang fekuensi tinggi yakni sampai sekitar 4
Mhz. Sementara, prosedur pemayaran (scanning) mengharuskan bahwa pulsa-pulsa
procedure (synchronizing pulse) akan digunakan bersama sinyal video guna
mengatur waktu pemayaran pada tabung kamera dan pada tabung gambar. Pada tabung
gambar, daerah cahaya yang kecil atau daerah bayangan dan warna, bila memang
demikian, akan terbentuk kembali dalam posisi yang tepat untuk membentuk
keseluruhan bayangan.
SINYAL
FREKUENSI DASAR VIDEO DAN AUDIO
Untuk
suatu sinyal video ataupun audio rangkuman perubahan frekuensi disebut daerah
frekuensi dasar (baseband). Sebenarnya frekuensi-frekuensi ini sesuai dengan
informasi visual atau aural (yang dapat didengar) yang diinginkan, tanpa
komplikasi tambahan seperti encoding atau modulasi untuk fungsi-fungsi
tertentu. Dalam system audio, lebar frekuensi dasar(baseband) adalah 20-20000
Hz, walaupun 50-15000 Hz lazim digunakan untuk audio fidelifas tinggi. Dalam
system video, rankuman lebar frekuensi dasar adalah dari 0 Hz untuk arus searah
sampai ke 4 Mhz. Sinyal frekuensi dasar audio dapat dihubungkan ke sebuah
pengeras suara untuk menghasilkan kembali suara yang diinginkan. Juga sinyal
frekuensi dasar video dapat di kembalikan ke sebuah tabung gambar untuk
menghasilkan kembali gambar yang diinginkan. Alasan untuk mengubah informasi
suara dan gambar menjadi sinyal-sinyal listrik frekuensi dasar adalah bahwa
sinyal audio dan video dapat diperkuat sampai berapapun. Selain itu, pengolahan
sinyal oleh rangkaian-rangkaian elektronik adalah mudah dan gampang untuk
berbagai pemakaian.
SINYAL
PENYIARAN RADIO “RADIO
BROADCASTING SIGNALS”
Dalam
transmisi radio tanpa kabel, sinyal frekuensi dasar(baseband) audio digunakan
untuk memodulasi sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF-radio frequency).
Modulasi ini perlu sebab frekuensi audio terlalu rendah unutk pemancaran yang
efisien. Selain itu , digunakan frekuensi-frekuensi pembawa yang berbeda untuk
stasiun-stasiun yang berbeda. Pesawat penerima dapat disetalakan(tuned) ke
masing-masing frekuensi pembawa. Pada pesawat penerima,sinyal RF yang
termodulasi dideteksi untuk memulihkan informasi audio yang asli.
AUDIO 2
SINYAL
PENYIARAN TELEVISI
Gagasan
yang sama diterapkan pada radio seperti pada penyiaran televise. Sinyal frekuensi
dasar video memodulasi gelombang pembawa frekuensi tinggi untuk melengkapi
transmisi tanpa kabel. Pada pesawat penerima (Receiver), detector video
memulihkan sinyal video yang asli. Pemancaran televise sangat mirip dengan
pemancara radio, kecuali bahwa modulasi video digunakan untuk sinyal gambar.
Sinyal suara yang termasuk di dalamnya juga di pancarkan pada sebuah gelombang
pembawa yang terpisah. Semua system in memerlukan gelombang radio
elektromagnetik untuk pemancarannya. Dalam penyiaran televsi, modulasi
amplitude (AM-Amplitudo Modulation) digunakan untuk sinyal gambar dan modulasi
frekuensi (FM-frequency modulation) untuk sinyal suara yang sesuai.
PENYIARAN
TELEVISI
Istilah
siaran (broadcast) berarti “mengirimkan ke segala arah.” Sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 1-2, antenna pemancar memancarkan gelombang radio elektromagnetik
yang dapat diambil oleh antea penerima. Pemancar televisi mempunyai dua fungsi,
yakni pengiriman yang dapat dilihat (visual) dan yang dapat didengar (aural).
Kedua sinyal gambar AM dan sinyal suara FM dikirmkan dari antenna pemancar
bersama. Daerah pelayanan adalah sekitar 75 mil (121 km) dalam segala arah dari
pemancar.
LIHAT GAMBAR
Gambar 1.2 Blok Diagram Penyiaran Televisi
Dalam
pemancaran visual, tabung kamera mengubah bayangan cahaya menjadi suatu sinyal
video. Tabung kamera ini adalah sebuah tabung sinar katoda (CRT-cathode ray
tube) bersama sebuha pelat bayangan fotolistrik dan sebuah senapan electron
(electron gun) yang tertutup di dalam sebuha pembungkus kaca hampa. Jenis yang
lazim adalah “vidicon” yang diperlihatkan pada gambar 1-3. Pada dasranya tabung
kamera mengambil bayangan optic dari pemandangan (adegan) pada pelat
fotolistriknya, yang dipayar (scanned) dalam garis-garis horizontal oleh berkas
electron. Pemayaran ini bergerak dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah,
jika dilihat dengan kamera. Dia membutuhkan ⁄ detik untuk emayar ke rangka
keseluruhan gambar yang keseluruhannya terdiri atas 525 garis pemayaran.
Sebagai akibatnya, keluaran tabung kamera merupakan urutan perubahan-perubahan
listrik, yakni snyal video, yang sesuai dengan informasi gambar. Sinyal video
ini diperkuat, dan pulsa-pulsa penyelaras. ditambahkan. Modulasi
amplitude dari frekuensi pembawa gambar menghasilkan gambar AM.
LIHAT GAMBAR
Gambar 1.3. Tabung Layar Kamera Jenis VIDICON panjang 6 Inchi (152,4 mm) merek RCA
Gambar
1-3. Tabung kamera vidicon. Panjang 6 inchi (152,4 mm).(RCA) Antenna penerima
menangkap sinyal pembawa gambar maupun suara. Sinyal-sinyal ini diperkuat dan
kemudian dideteksi untuk mendapatkan modulasi mula-mula. Keluaran detector
video mencakup sinyal video yang diperlukan untuk menghasilkan gambar kembali.
Selanjutnya sinyal video yang dideteksi itu di perkuat secukupnya untuk dapat
mengemudikan rangkaian katoda kisi (cathode grid) dari tabung gambar.
Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1-4, tabung gambar ini sangat mirip
dengan tabung sinar katoda (CRT) yang digunakan dalam sebuah osiloskop. Pelat
penyetel yang terbuat dari kaca pada bagian depan mempunyai lapisan fluoresen
pasa permukaan bagian dalamnya. Leher yang sempit berisi senapan electron.
Sewaktu berkas electron menabrak layar fosfor, cahaya akan diapancarkan.
Misalkan bahwa tegangan sinyal video membuat kisi pengatur (control grid)
kurang negative. Maka arus berkas tersebut bertambah, yang membuat bintik
cahaya lebih terang. Keluaran cahaya maksimumadalah cahaya putih terang pada
gambar. Untuk hal sebaliknya, tegangan yang lebih negative mengurangi arus
berkas dan terangnya. Bila tegangan kisi adalah cukup negative untuk memutuskan
arus berkas, maka tidak terdapat keluarn cahaya. Harga ini sesuai dengan warna
hitam pada layar. Diagram balok pada Gambar 1-2 melukiskan system untuk
monokrom. Dalam televisi berwarna, digunakan kamera berwarna dan tabung gambar
berwarna. Kamera berwarna melengkapi sinyal-sinyal video untuk informasi gambar
merah, hijau, dan biru. Dengan cara sama, tabung gambar berwarna menghasilkan
kembali bayangan dalam warna merah, hijau, dan biru bersama semua campuran
warnanya termasuk putih.
LIHAT GAMBAR
Gambar 1.4 Tabung Layar Gambar (CRT) Penerima TV Hitam Putih (Monochrome)
SALURAN
PENYIARAN TELEVISI
Lebar
bidang frekuensi yang digunakan untuk pengiriman sinyal video dan audio disebut
saluran televisi (channel). Masing-masing stasiun televise ditunjuk oleh FCC
(Federal Communication Commision) suatu saluran dengan lebar 6 MHz beserta
suatu frekuensi pembawa tertentu. Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1-1.
TABEL 1.1. Saluran TV dan Frekuensi yang digunakan
Semua saluran televisi di bagi dalam tiga lebar bidang:
AUDIO 3
1. Saluran lebar bidang
rendah dengan frekuensi yang sangat tinggi (lowband VHF-Very High Frequency)
yakni saluran 2 sampai 6.
2. Saluran VHF dengan lebar bidang tinggi;yakni
saluran 7 sampai 13.
3. Saluran frekuensi ultra-tinggi (UHF-Ultra High
Frequency) yakni 14 sampai 83.
Perhatikan bahwa rangkumannya adalah 30 sampai
300 MHz untuk VHF dan 300 sampai 3000 MHz untuk UHF. Pada ketiga lebar bidang
ini, masing-masing lebar slauran televise adalah 6 MHz. Lebar bidang ini
(bandwith) diperlukan untuk menyesuaikan modulasi dengan frekuensi video sampai
4 MHz, termasuk sinyal warna 3,58 MHz untuk televise berwarna. Sinyal suara FM
juga ada dalam saluran tersebut. Selain itu, frekuensi-frekuensi radio (RF)
pembawa gambar dn suara selalu terpisah persis sebesar 4,5 MHz dalam semua
saluran. Harga 4,5 MHz ini disebut frekuensi suara antarpembawa (intercarrier
sound frequency). Komentar berikut diterapkan terhadap Tabel 1-1. Ketika
Televisi pertama kali dihidupkan (di Amerika Serikat), saluran satu dipancarkan
pada 44 sampai 59 MHz, akan tetapi daerah frekuensi ini sekarang digunakna
untuk pelayanan lain. Diantara saluran 4 dan 5, frekuensi sebesar 72 sampai 76
MHz digunakan untuk pelayanan radio lainnya, termasuk navigasi udara. Lebar
bidang pemancaran komersial FM sebesar 88 sampai 108 MHz adalah tepat di atas
daerah frekuensi televisi saluran 6, tetapi pelayanan radio ini tidak
berhubungan dengan pemancaran televisi. Pada tahun 1952 saluran UHF 14 sampai
83 ditambahkan untuk menciptakan lebih banyak stasiun televisi. Tidak ada
penetapan stasiun televisi yang bekerja pada saluran UHF 69 sampai 83 sebab
frekuensi-frekuensi ini digunakan untuk radio mobil(mobile radio). Semua
saluran televise diberikan pada Lampiran A. Pada pesawat penerima, penyetala
frekuensi radio (RF tuner) digunakan untuk memilih stasiun yang diinginkan
dengan menyetalakan ke daerah yang frekuensinya 6 MHz. Dengan dua penyetala
yang dapat berputar, yakni satu untuk VHF dan yang lain untuk UHF, pesawat
penerima mampu menyetalakan saluran VHF maupun UHF. Posisi saluran pada 1
penyetala (Tuner) VHF digunakan untuk menghidupkan penyetala. Pada lebar-lebar bidang
VHF dan UHF, sinyal[1]sinyal
dirambatkan oleh transmisi-garis-penglihatan (line of sight transmission) dari
antenna pengirim ke antenna penerima. Biasanya sinyal yang dipancarkan ini
tidak mengikuti kelengkungan bumi, dan tidak terjadi pemantulan dari ionosfer
seperti yang terjadi pada sinyalMsinyal
radio pada frekuensi-frekuensi rendah. Transmisi-garis-pengelihatan membuat
ketinggian antenna adalah penting guna mendapatkan liputan sinyal penyiaran
televise yang baik. FCC yang menetapkan saluran-saluran televisi dan
mempertahankan standar-standar teknik yang ketat. Setiap stasiun harus memenuhi
persyaratan FCC dan melayani kebutuhan masyarakat. Lisensi ditinjau kembali
pada selangwaktu yang teratur dan masyarakat diajak untuk turut bagian dalam
pembaruan proses.
BEKERJANYA STUDIO TELEVISI
Pada tahun-tahun permulaan televisi, kebanyakan
program adalah “live” dan tiap stasiun menggunakan kamera-kamera studio untuk
menghasilkan programnya sendiri. Jaringan “feds” menyediakan program-program
untuk meliput daerah-daerah yang berlainan diseluruh negara Amerika Serikat.
Jaringan utama adalah CBS (Columbia Broadcasting Company), ABC (American
Broadcasting Company) dan NBC(National Broadcasting Company) yang dimiliki oleh
RCA. Distribusi program-program jaringan ditangani oleh fasilitas “Bell
Telephone”. Sambungan-sambungan gelombang mikro dan kabel digunakan unutk
daerah frekuensi lebar. Sumber-sumber program televisi tambahan dilengkapi
dengan menggunakan film 35 mm. sebuah kamera film televisi mengkonversi
bayangan optic (optical image) dari sebuah tabung kamera menjadi sinyal video.
Sekarang ini, kebanyakan program-program televisi dihasilkan dan disimpan pada
pita. Perekam pit video magnetic (VTR-Video Tape Recorder) melakukan untuk program-program
video apa yang dilakukan oleh pita audio dan perekam suara (phonograph record)
untuk program-program audio. Keuntungan utama adalah program-program tersebut
dapat direkam dipita pada suatu saat dan disimpan untuk penyiaran deikemudian
hari. Juga iklan-iklan disimpan didalam pita video. Keuntungan lain adalah
bahwa program-program yang dikirimkan oleh gelombang mikro atau satelit dapat
direkam selama jam-jam di luar puncak pemakaian (off peak) dan kemudian
disiarkan pada waktu yang paling baik untuk stasiun.
AUDIO 4
HUBUNGAN STUDIO
PEMANCAR (STL-STUDIO TRANSMITTER LINK)
Biasanya, studio di mana sinyal-sinyal
video dan audio berasal dan dimana mesin-mesin pita dipasang, ditempatkan dalam
daerah pertengahan kota agar gampang dicapai oleh orang yang membuat program.
Atau program tersebut bisa berasal dari luar studio. Akan tetapi,
pemancar(transmitter) berada pada suatu lokasi yang terpencil, lazimnya pada
bangunan tertinggi. Sinyal-sinyal video dan audio frekuensi dasar disampaikan
ke pemancar oleh sambungan gelombang mikro atau oleh system kabel frekuensi
lebar yang diberikan oleh “Bell Telephone”. Dalam banyak kasus, pemancar
memiliki sambungan gelombang mikro tersendiri, yakni STl. Pemancar tersebut
menghunakan antenna gelombang mikro, yang dipasang di studio dan ditempat
pemancar. Piringan (dish) gelombang mikro yang diperlihatkan di atas menara
pada Gambar berikut melayani tujuan ini. System-sistem STL bekerja dalam daerah
frekuensi 2 dan 12 gigahertz (GHz), yang ditetapkan bagi ketiga stasiun di
Amerika oleh FCC. (Di Indonesia semua operasi dan studio televisI dijalankan
dan dimiliki oleh pemerintah).
LIHAT GAMBAR
Gambar 1.5 Antena Pemancar, Studio TV dan Perangkat STL
PENGUMPULAN BERITA
SECARA ELEKTRONIK (ENG-ELECTRONIC NEWS GATHERING)
Ketika perekam kaset
video (VCR=Video Cassette Recorder) ditingkatkan agar memenuhi persyaratan
minimum penyiaran, maka system pengumpul berita secara elektronik telah
dikembangkan. Ia mencakup sebuah kamera televise portable dan VCR. Kameranya
dirancang untuk kepadatan (compactness) yang sangat tinggi. Kamera dan VCR
kedua-duanya bekerja dari paket batere penyimpanan yang dimasukkan ke dalam
sabuk yang dipakai oleh operator kamera. System ini menggantikan kamera film
portable. Sinyal-sinyal dari unit pengumpul berita secara elektronik (ENG)
tersedia dengan mudah. Untuk peragaan[1]kembali(playback)
selanjutnya, pita dapat dikirimkan ke studio; atau sinyal-sinyal video dan
audio frekuensi dasar dapat dirile oleh sebuah sambungan gelombang mikro untuk
liputan-liputa pada layar.
MENGHASILKAN MEDAN
SECARA ELEKTRONIK (EFP-ELECTRONIC FIELD PRODUCTION)
System untuk
menghasilkan medan secara elektronik (EFP) menggunakan peralatan video
portable, kompak jenis yang sama seperti pada pemakaian pengumpul berita secara
elektronik (ENG). Akan tetapi, tujuan EFP ini adalah untuk menghasilkan suatu
acara hiburan pada lokasi berlainan yang jauh dari studio. Suatu contoh adalah
program dokumentasi atau wawancara di rumah seseorang.
PENSAKELARAN
DAN PENCAMPURAN (SWITCHING AND MIXING)
Semua kamera dan
peralatan pita video terkunci oleh sebuah generator induk penyelarasan,
sehingga pemayarannya sama untuk semua sumber. Metode ini memungkinkan
pensakelaran secara elektronik di antara program-program VTR, line feed, dan
peralatan kaset khusus yang menyimpan acara-acara komersial. Tidak aka nada
gangguan begitu. Anda memandang gambar sebab pensakelaran dilakukan di dalam
selang waktu vertical yang kosong. Selama waktu ini layar adalah hitam, sedang
berkas pemayaran electron mengikuti jejak dari bawah ke atas kerangka. Waktu
pengosongan vertical relative panjang, yakni sekitar 1300 µdetik.
Surat kabar
terkemuka di Inggris, The
Independent pada edisi 11 Maret 2006 sempat menurunkan sebuah
artikel yang sangat menarik bertajuk ”Bagaimana para inventor muslim mengubah
dunia.” The
Independent20 penemuan penting para ilmuwan Muslim menyebut
sekitar yang mampu mengubah peradaban umat manusia, salah satunya adalah
penciptaan kamera obscura.
Kamera
merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan
dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar
mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Teknologi pembuatan
kamera, kini dikuasai peradaban Barat serta Jepang. Sehingga, banyak umat
Muslim yang meyakini kamera berasal dari peradaban Barat.
GAMBAR 1
Jauh sebelum
masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah
dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam. Peletak prinsip
kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim bernama Ibnu
al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah
kamera obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental.
Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama
Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera
obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari.
Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada
dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui
permukaan datar.
Kajian
ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat
ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah
diartikan sebagai ”ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan
lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah
mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan
kepada para penonton.
“Kamera
obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham,
yang lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger
dalam karyanya berjudul The
eye as an optical instrument: from camera obscura to Helmholtz’s perspective.
Dunia
mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat
bukunya bertajuk Kitab
al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam
bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau
lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
Bradley
Steffens dalam karyanya berjudul Ibn
al-Haytham:First Scientist mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir merupakan
buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. “Dia merupakan
ilmuwan pertama yang berhasil memproyeksikan seluruh gambar dari luar rumah ke
dalam gambar dengan kamera obscura,” papar Bradley.
Istilah
kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar
abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501
-1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik
lensa dengan lensa (camera).
GAMBAR 2
Setelah
itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista
della Porta (1535-1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera
obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh
Joseph Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan
menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar
proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah
itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa
kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun
dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara
permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto
permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.
Tahun
1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari
tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam
perjalanan kamar gelapnya – yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman
mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik
sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah
mengikuti perkembangan teknologi.
Sebuah
versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat
terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga
digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah
penciptaan kamera obscura yang dicapai al-Haitham mampu mengubah peradaban
dunia.
Peradaban
dunia modern tentu sangat berutang budi kepada ahli fisika Muslim yang lahir di
Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya telah menulis lebih dari 200
karya ilmiah. Semua didedikasikannya untuk kemajuan peradaban manusia.
Sayangnya, umat Muslim lebih terpesona pada pencapaian teknologi Barat,
sehingga kurang menghargai dan mengapresiasi pencapaian ilmuwan Muslim di era
kejayaan Islam.
Sejarah Sang Penemu Kamera Obscura
GAMBAR 3
Kata kamera
yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Arab, yakni qamara. Istilah itu muncul berkat kerja keras
al-Hatham. Bapak fisika modern itu terlahir dengan nama Abu Ali
al-Hasan Ibnu al-Hasan Ibnu al-Haitham di Kota Basrah, Persia, saat Dinasti
Buwaih dari Persia menguasai Kekhalifahan Abbasiyah.
Sejak
kecil al-Haitham ydikenal berotak encer. Ia menempuh pendidikan
pertamanya di tanah kelahirannya. Beranjak dewasa ia merintis kariernya sebagai
pegawai pemerintah di Basrah. Namun, Al-Haitham lebih tertarik untuk menimba
ilmu dari pada menjadi pegawai pemerintah. Setelah itu, ia merantau ke Ahwaz
dan metropolis intelektual dunia saat itu yakni kota Baghdad. Di kedua kota itu
ia menimba beragam ilmu. Ghirah keilmuannya yang tinggi membawanya terdampar
hingga ke Mesir.
Al-Haitham
pun sempat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan
Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, ia mempelajari hingga
menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri,
pengobatan, fisika, dan filsafat.
Secara
serius dia mengkaji dan mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori
tentang ilmu optik telah dilahirkan dan dicetuskannya. Dialah orang pertama
yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya. Konon, dia
telah menulis tak kurang dari 200 judul buku.
Dalam
salah satu kitab yang ditulisnya, Alhazen – begitu dunia Barat menyebutnya –
juga menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari terbenam. Ia
pun mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan,
gerhana, dan juga pelangi.
Keberhasilan
lainnya yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra
penglihatan manusia secara detail. Tak heran, jika ‘Bapak Optik’ dunia itu
mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil
bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, ia mampu menjelaskan secara
ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat.
Teori
yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua
ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia
bisa melihat karena ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda
dengan keduanya, Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa
justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap
mata sehingga bisa terlihat.
Secara
detail, Al-Haitham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf
di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil
bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan
menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia. Hasil
penelitian Al-Haitham itu lalu dikembangkan Ibnu Firnas di Spanyol dengan
membuat kaca mata.
Dalam
buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Light On Twilight Phenomena, al-Haitham
membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari
serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut
Al-Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat
ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis
19 derajat ufuk barat. Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya
dan pembalikan cahaya.
Al-Haitham
juga mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis di
Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Sayangnya, hanya
sedikit yang terisa. Bahkan karya monumentalnya, Kitab al-Manazhir , tidak
diketahui lagi keberadaannya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang
ditulis dalam bahasa Latin. she/desy susilawati/heri ruslan
Era 1400 M Kurang lebih 400 tahun kemudian,
Leonardo da Vinci juga menulis mengenai fenomena yang sama. Namun, Battista
Della Porta, juga menulis hal tersebut sehingga dia yang dianggap sebagai
penemu prinsip kerja kamera melalui bukunya, Camera Obscura.
Awal abad 17 Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan
bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi
hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut ia telah berhasil
merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Hanya sajamasalah yang dihadapinya adalah menyelesaikan proses kimia seteah
gambar-gambar itu terekam sehingga permanen. d. Era tahun 1727 Pada 1727, Johan
Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman juga menemukan
hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia
memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan
oleh panas. e. Era tahun 1800 Pada tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang
berkebangsaan Inggris, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra
yang telah melalui lensa pada kamera obscura yang sekarang ini disebut kamera,
tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga
Schuize membuat gambar-gambar negative pada kulit atau kertas putih yang telah
disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran.
Tahun 1824, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai negara,
akhirnya Joseph Nieephore Niepee, seorang lithograph berhasil membuat gambar
permanen pertama yang disebut “FOTO”.
Louis
Jacques Mande DAGUERRE (1787-1851)
Proses
daguerreotype adalah metode praktis pertama untuk mendapatkan gambar permanen
dengan kamera. Orang yang memberikan namanya pada proses dan menyempurnakan
metode menghasilkan gambar positif langsung pada pelat tembaga berlapis perak
adalah Louis Jacques Mande Daguerre, seorang seniman dan pelukis pemandangan
Prancis. Daguerre telah mulai bereksperimen dengan cara memperbaiki gambar yang
dibentuk oleh kamera obscura sekitar tahun 1824, tetapi pada tahun 1829 ia
menjalin kemitraan dengan Joseph Nicephore Niepce (1765-1833), seorang ilmuwan
dan penemu amatir Prancis yang, pada tahun 1826, telah berhasil mengamankan
gambar pemandangan dari jendelanya dengan menggunakan kamera obscura dan plat
timah yang dilapisi aspal. Niepce menyebut proses pembuatan gambarnya sebagai
heliography ("gambar matahari"), tetapi meskipun ia telah berhasil
menghasilkan gambar permanen menggunakan kamera, waktu pemaparannya sekitar 8
jam. Niepce kemudian meninggalkan pelat timah demi lembaran tembaga berlapis
perak dan menemukan bahwa uap dari yodium bereaksi dengan lapisan perak untuk
menghasilkan perak iodida, senyawa peka cahaya.
GAMBAR 4
Setelah
kematian Niepce pada tahun 1833, Daguerre terus bereksperimen dengan pelat tembaga
yang dilapisi perak iodida untuk menghasilkan gambar positif langsung. Daguerre
menemukan bahwa gambar laten pada pelat yang terbuka dapat dibawa keluar atau
"dikembangkan" dengan asap dari merkuri yang dihangatkan. Penggunaan
uap merkuri berarti bahwa gambar fotografi dapat dihasilkan dalam dua puluh
sampai tiga puluh menit daripada jam. Pada tahun 1837, Daguerre menemukan cara
untuk "memperbaiki" gambar fotografi dengan larutan garam biasa. Dua
tahun kemudian, dia mengikuti saran Sir John Herschel (1792-1871) dan
mengadopsi soda hiposulfat (sekarang tiosulfat soda) sebagai bahan pengikat.
Daguerre
mulai membuat gambar yang sukses menggunakan prosesnya yang disempurnakan dari
tahun 1837. Pada 19 Agustus 1839, pada sebuah pertemuan di Paris, Proses Daguerreotype
diungkapkan kepada dunia.
Di
Inggris, Richard Beard (1801-1885), mantan pedagang batu bara dan spekulator
paten, membeli paten untuk kamera cermin Alexander Wolcott dan menggunakan jasa
John Frederick Goddard (1795-1866), seorang ahli kimia, untuk menemukan cara
mengurangi waktu pemaparan menjadi kurang dari beberapa menit, sehingga
memungkinkan untuk mengambil potret daguerreotype. Pada 23 Maret 1841, Richard
Beard membuka studio potret daguerreotype pertama Inggris di Regent Street
London. Pada bulan Juni 1841, Beard membeli dari Daguerre hak paten untuk
proses daguerreotype di Inggris.
Tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox Talbot,
seorang ilmuwan Inggris memaparkan hasil penemuannya berupa proses fotografi
modern kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan
sistem negative-positif (bahan dasar: perak nitrat, diatas kertas). Walaupun
telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang
kita istilahkan: Contact Print (print yang dibuat tanpa pembesaran atau
pengecilan). Juni 1840, Talbot memperkenalkan Calotype perbaikan dari sistem
sebelumnnya juga menghasilkan negative diatas kertas. Dan pada Oktober 1847,
Abel Niepee de St Victor keponakan Niepee memperkenalkan penggunaan kaca
sebagai base negative menggantikan kertas. Pada januari 1850, seorang ahli
kimia Inggris Robert Bingham memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi
foto yang saat itu cukup popular dengan sebutan WET_PLATE Fotografi. Setelah
berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan rol film mulai dikenal.
Juni 1888, George Eastman seorang Amerika menciptakan revolusi fotografi dunia
hasil penelitiannya di tahun 1877. Ia menjual produk baru dengan merk KODAK berupa
sebuah kamera box kecil dan ringan yang telah berisi rol film (dengan bahan
kimia perak bromide) untuk 100 exposure. Bila seluruh film diguakan, kamera ini
yang diisi film dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu
kamera dikirimkan kembali dan telah berisi rol film yang baru.
Berbeda dengan kamera masa itu yang besar dan
kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret
dengan leluasa. Hingga kini perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan
dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan rol
film. Selanjutnya secara bertahap, fotografi berkembang ke arah penyempurnaan
teknik dan kualitas gambarnya sampai pada akhir abad ke-19 fotografi telah
mencapai kualitas hasil yang mendekati aslinya.
Pada
tahun 1901, Kodak memproduksi kamera bernama “Kodak Brownie” yang memang
ditujukan untuk kalangan masyarakat menengah. Kamera ini hanya memproduksi
gambar dengan warna hitam putih. Namun kamera ini menjadi sangat populer di
banyak kalangan karena kemudahannya ketika digunakan untuk memotret (user
friendly). Akhirnya setelah Kodak Brownie ini muncul, fotografi seakan
menemukan momentum untuk menjadi besar. Banyak produk baru keluar, seperti pada
tahun 1913, kamera 35 mm yang pertama keluar ke pasaran. Lalu pada tahun 1927
menyusul flash bulb yang dikeluarkan ke pasaran.
GAMBAR 5
Kodak memproduksi
kamera bernama "Kodak Brownie" yang memang ditujukan untuk kalangan
masyarakat menengah
Penemuan
yang berlangsung secara terus menerus ini membuat para produsen kamera dan
perlengkapan penunjangnya berlomba – lomba untuk mengembangkan inovasi yang
dapat diterima di pasar, yang paling maju pada saat itu adalah Kodak. Pada
tahun 1941 Kodak mengeluarkan Kodak Color Negative Films. Sebuah penemuan yang
mengubah wajah fotografi hingga 20 tahun ke depan.
Bermain Upload di Fotografi Digital
Aktivitas
fotografi digital sebenarnya pertama kali dilakukan pada tahun 1960an. Uniknya,
hal ini bukan dilakukan oleh fotografer ataupun lembaga fotografi yang
profesional. NASA adalah lembaga astronot yang berasal dari Amerika yang
pertama kali melakukannya. Pada saat itu, Astronot merekam gambar dari bulan
melakukan scanning dan mengirimkannya ke bumi menjadi file digital. Itulah
aktivitas fotografi digital pertama kali di alam semesta yang tercatat dalam
sejarah.
Hal
yang dilakukan oleh NASA ini merupakan terobosan baru bagi ilmu fotografi. Pada
tahun 1981, Sony melakukan terobosan di bidang industri fotografi. Sony merilis
kamera yang diberi nama “Mavica”. Meskipun disebut sebagai kamera digital
pertama di dunia, namun sebenarnya cara kerja kamera ini tidak digital. Ia
menyertakan scanner di dalamnya yang berfungsi untuk mentransformasi data
analog ke dalam flash drive yang ada di dalamnya. Sekitar 7 tahun kemudian
barulah kamera digital tulen keluar. Kamera inii bernama Fuji DS1P yang benar –
benar merekam secara digital ke dalam memory card sebesar 16 MB. Sayangnya,
kamera ini tidak pernah dirilis di Amerika Serikat dan peminatnya di Jepang
sendiri sangat kurang.
Digital
kamera yang paling berpengaruh terhadap industri fotografi dunia dalah Nikon F-3.
Jenis kamera ini dirilis pada awal tahun 90-an dan langsung menjadi favorit
terutama bagi para jurnalis.
Keberadaan
kamera digital memang merubah wajah jurnalisme pada awal 90-an. Karena dengan
adanya kamera jenis ini, proses pembuatan berita menjadi lebih cepat. Bahkan
bagi para kontributor yang berada jauh dari kantor beritanya, bisa mengirim
file dengan cepat.bahkan produsen melihat peluang ini dengan cepat. Mereka
membuat The Digital News Camera (NC2000) pada tahun 1994, yang diperuntukkan
bagi para foto jurnalis di dunia. Untuk harga kamera ini sebenarnya relatif
mahal, pada waktu itu saja harganya lebih dari 15.000 US$. Walaupun begitu,
kamera ini tetap laris manis dikalangan fotografi jurnalis.
Pada
tahun 1996, 85% dari koran Amerika menganggap bahwa computer skill merupakan
hal paling utama selain journalist skill yang diperlukan oleh seorang jurnalis.
Hal ini seakan – akan menguatkan bahwa era digital fotografi telah dimulai.
Pada
awal tahun 2000-an, virus kamera digital ini menyebar dengan sanga luas. Para
produsen kamera seperti canonm Olympus, Kodak, Sony dan lainnya berlomba untuk
mengeluarkan kamera digitalnya. Bahkan handphone saja sudah memasukkan fitur
kamera di dalamnya. Ini merubah wajah fotografi menjadi sebuah kebutuhan primer
dalam kehidupan manusia sehari – hari.
Semakin
kesini, harga kamera digital yang mempunyai kualitas bagus semakin murah dan
mudah dijangkau oleh hampir semua kalangan. Hal ini dibarengi dengan
pengetahuan fotografi yang dengan mudah didapatkan lewat media sosial dan juga
internet. Kamera untuk fotografi bukan lagi menjadi hal yang eksklusif yang
hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang. Ini menimbulkan kecendrungan baru
bagi para fotografer. Salah satunya, adalah menjadikan internet sebagai senjata
utama mereka untuk melakukan peronal branding dan distribusi karya mereka.
GAMBAR 6
SPerkembangan Sinematografi
Seorang Sinematografer yang baik harus juga mengenal
dengan baik atau memahami alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film.
Karena Kamera hanyalah “alat Bantu” atau Tools saja maka seperti alat Bantu
yang lainnya juga kita sebagai Sinematografer yang memindahkan semua ilmu dan
pengetahuan kita lewat kamera tersebut. Artinya kamera harus menuruti kemauan
kita yang sudah menjadi visi sutradara dan visi cerita atau skenario.
Untuk
memahami kamera kita harus membaca buku prtunjuk dari setiap kamera yang akan
kita gunakan karena setiap industri kamera mempunyai tekhnologinya
sendiri-sendiri. Pada prinsipnya semua kamera sama dan hanyalah alat Bantu kita
mewujudkan gambar yang sesuai dengan yang di inginkan akan tetapi alangkah
baiknya jika pengguna sudah memahami kamera tersebut secara teknis dalam
petunjuk di bukunya (manual book).
Pada
masa sekarang kamera secara garis besar terbagi dalam tiga jenis dilihat dari
penggunaan bahan baku. Yaitu:
a.Motion Picture Camera atau kamera dengan
bahan baku seluloid baik 35 mm/16mm. Contoh kamera: Arriflex
435 Xtreme – 35 mm camera
b.Video Camera atau kamera dengan
bahan baku video tape. Contoh kamera: Sony HDV Video Camcorder
c.Digital camera atau kamera dengan
bahan baku digital/tapeless. Biasanya menggunakan CF card atau SD card bisa
juga dengan cakram seperti DVD. Contoh kamera: Sony EX3 – Digital
Camcorder.
vTeknologi Film Seluloide
a.Tahun
1864 film masih merupakan embrio. Film sebagai embriomerupakan
gabungan dari penemuan: teknologi mekanik, kimia, dan optik (lensa photografi).
Para pelopornya antara lain; Louis Ducos du Houron, Leonardo da Vinci, Thomas
Alfa Edison.
b.Thomas
Alfa Edisonberhasil menciptakan sebuah alat kinetoscopeatau
kotak berisi rangkaian gambar bergerak yang cara pengoperasiannya dengan
mengintip melalui lubang kecil pada salah satu sisinya.
c.Auguste
& Louis Lumiere (Lumiere bersaudara)berhasil
menciptakan Cinematographe yaitu
kamera film seluloide yang juga berfungsi sebagai proyektor. Alat ini hasil
modifikasi dari alat ciptaan Thomas Alfa Edison yaitu Cinematographe. Hal
ini menandai dimulainya era pertunjukan film untuk orang banyak.
d.Tanggal
28 Desember 1895pertama kali di dunia puluhan orang berada dalam
satu ruangan guna menonton film yang diproyeksikan ke sebuah layar lebar.
Lumiere bersaudara menyewa Grand Cafesebuah ruangan
bilyard tua di bawah tanah di Boulevard Des Capucines Paris yang kemudian
dikenal sebagai ruang bioskop pertama di dunia.
e.Gedung
Bioscope I di Amerika disebut Nickel-odeon.Artinya (5 sen dolar –
Arena pertunjukan). Tahun 1907Leede Forest menemukan Audion(tabung
triode elektron) sebagai pelengkap peralatan proyektor.
f.Tahun
1926 Film berwarna (bisu) pertamaberjudul Black
Pirate dengan sistem technicolour-trademark. Dalam era
film bisu, pertunjukan film umumnya diiringi musik secara langsung (live
music performance). Jadi sebenarnya film itu disajikan dengan suara, tidak
sepenuhnya hening.
g.Tahun
1927dibuat film bersuara (backsound)berjudul “Don
Juan”. Film real audio pertamaberjudul “The Jazz
Singer” (Sutradara: Alan Crosland, 1927, hitam putih) dengan pemeran
Al Johnson sutrada Alan Crosland. Inilah film pertama di dunia yang menyajikan
secara lengkap musik, dialog dan nyanyian.
h.Film
cerita panjang pertama di duniayang dibuat dengan sistem Technicolor adalah Black
Pirate (Sutradara: Albert Parker, 1928, bisu) Technocolor kemudian
berkembang menjadi merk dagang dan digunakan sebagian besar film berwarna
sesudahnya. Dalam tahun 1920-1930an film “bicara” belum tentu
berwarna dan sebaliknya.
i.Film
“bicara” pertama di Indonesia adalah “Terpakasa Menikah” (Sutradara, Penanata
Fotografi dan Suara: G. Krugners, 1932).Film itu dipromosikan
sebagai berikut: “100% bitjara dan njanji, lebih terang, bagoes, kocak dan
ramai dari Njai Dasima.....”
j.Tahun
1952menandai awal produksi film berwarna pertama di
Indonesia Rodrigo de Villa (Sutradara Gregorio Fernandez,
Rempo Urip) seluruhnya dikerjakan di Studio LVN Manila Filipina. Mulai tahun
1968 baru muncul “musim warna” dalam produksi film Indonesia, semua film
diproduksi dengan full color hingga sekarang.
vEra Teknologi Video
Teknologi produksi film telah berkembang pesat hingga saat ini.
Ditemukannya pita video tahun 1970-an telah mengungguli film dari segi
kemudahan pembuatan (biaya produksi) sekaligus penyajiannya. Video dapat
merekam gambar dan suara sekaligus, sedangkan film seluloide hanya
dapat merekam gambar. Untuk merekam suara pada film seluloide digunakan medium
rekam lain semisal DAT (digital audio tape) secara terpisah.
Kelebihan lainnya adalah bobot kamera video yang relatif lebih
ringan dan mudah dioperasikan. Orang tidak harus mahir mengoperasikan kamera
film atau kamera video profesional (yang besar dan berat). Saat ini, hanya
dengan kamera handycam sebuah produk film bisa dengan mudah
diciptakan.
Ada tiga jenis kamera video sebagai alat perekam. Masing-masing
tipe menggunakan bahan perekam yang berbasis pita (kaset) video dengan kualitas
yang berbeda, yaitu: Pada teknologi video, dikenal dua format yang sudah
menjadi standar internasional yaitu format PAL dan format NTSC. Kedua format
ini tidak kompatible satu sama lain sebab satuan frame tiap
detiknya (frame per second/fps) berbeda. Format NTSC
jumlah frame tiap detiknya antara 29-30 sedangkan format PAL
jumlah frame tiap detiknya 25 buah. Hal ini harus diperhatikan
terutama pada saat akan mengeditnya maupun menayangkannya dalam player
tertentu, di mana tidak semua perangkat elektronik kompatible satu format
dengan format lainnya.
vEra Teknologi Digital
Pada saat ini hampir semua produk media elektronik sudah
menggunakan sistem teknologi digital, demikian halnya dengan
produk kamera video. Digitalisasi kamera video yaitu proses mengubah sinyal
gambar yang ditangkap lensa menjadi kode binner (pasangan
angka 0 dan 1 yang membangun sistem komputer seluruh dunia). Bahan perekam film
yang digunakan tidak lagi menggunakan pita kaset video tapi sudah dalam bentuk
piringan cakram optik dalam format CD, DVD, atau dalam bentuk stick/
disk memory hingga hardisk. Format file out put video yang
dihasilkan tidak hanya dalam bentuk .avi dan .dat, tapi sudah berkembang secara
variatif diantaranya .mpg1, mpg2, mov, flv, dan sebagainya.
Pada era digital ini, proses pengambilan (perekaman) gambar dan
suara video tidak selalu menggunakan kamera video shooting tetapi cukup melalui
pesawat handphone atau digital kamera foto yang memiliki
fasilitas kamera video, juga bisa menggunakan kamera web (webcam), kamera
tersembunyi (hidden camera) dalam bentuk kamera CCTV, kancing
baju, bollpoint, bross, dan sebagainya.